Senin, 09 November 2009

Kasih Laila tak Sepanjang Masa

Miras dicampur potas. Ibu racuni anak hingga tewas.

Oleh : Deny M Yunus

Langit di atas Kota Banjarmasin terlihat cerah, seiring sinar mentari yang mulai menyengat. Namun sengatan mentari itu, tak begitu dihiraukan warga sekitar Jalan Ampera 3 Ujung, Basirih, Banjarmasin Barat. Mereka terus saja asyik berkumpul memenuhi rasa penasaran menyaksikan pembongkaran kuburan Hendri Ariadi alias Ilut (24), yang sebelumnya diduga tewas dengan cara diracuni ibu kandungnya, Laila (40).

Di antara kerumunan warga, ayah Ilut, Abdul Thalib (50), ikut menyaksikan pembongkaran makam anaknya yang dilakukan beberapa petugas Reskrim Poltabes Banjarmasin dan warga sekitar alkah keluarganya itu. Pembongkaran kuburan pada Kamis (5/11) sejak pagi sekitar pukul 09:30 WITA ini, dijaga aparat gabungan Poltabes Banjarmasin dan Polsekta Banjarmasin Barat.

Mengenakan kupiah putih, kemeja merah bernuansa kuning dan celana jeans biru, Abdul Thalib, duduk di atas makam yang ada di belakang kuburan Ilut. Sesekali matanya terlihat berlinang air mata, sambil ia menundukan kepala. Dan ia lebih memilih banyak diam, ketika beberapa wartawan yang ikut menyaksikan pembongkaran ini, bertanya-tanya kepadanya. Sesekali pula ia berdiri, mendekat ke liang lahat untuk melihat lebih dekat mereka yang mengangkat tebela anaknya.

Setelah sekitar 90 menit, warga dan beberapa petugas kepolisian membongkar kuburan itu, akhirnya tebela yang membungkus jenazah Ilut, berhasil dikeluarkan dari liang lahat. Jenazah itu kemudian dimasukkan ke mobil ambulance yang lantas membawanya ke RSUD Ulin.

Sebelumnya, sejumlah dokter dari tim forensik RSUD Ulin, mengambil beberapa gumpalan tanah di kuburan Ilut. Gumpalan itu juga bakal diperiksa untuk memastikan adanya kandungan racun yang diperkirakan larut dari tubuh Ilut.Dari konstur tanah berair di pekuburan itu, diperkirakaan, racun yang diduga sempat masuk ke tubuh Ilut mudah larut.

"Kondisi tanah di pekuburan yang berair seperti ini, biasanya cepat membuat jasad menjadi bubur dan racun yang diduga ada di dalamnya jasad itu, mudah larut bersama air," kata Dr Iwan Aflanie, seorang tim Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), kepada wartawan, usai tebela jenazah Ilut dikeluarkan dari liang lahat.

Sebelumnya, kata Iwan, ibu Ilut, Laila yang diduga pelaku dan kini mendekam di sel tahanan Poltabes Banjarmasin, menmgakui mencampur racun potasium sianida atau yang dikenal potas ke minuman keras yang kemudian ditenggak anaknya ini.

Menurut Iwan, racun Sianida yang berupa cairan, mudah larut terbawa air. Sehingga ditakutkan, racun yang sempat masuk ke tubuh Ilut, sudah larut bersamaan dengan membuburnya jenazah pemuda warga Jalan Sutoyo S Gang Sepakat, Banjarmasin Barat, yang tewas pada Sabtu (24/10) malam.

Pembongkaran kuburan dengan maksud autopsi ini, dilakukan kepolisian sebagai upaya mengidentifikasi dan mencocokkan racun yang diduga ada di jenazah Ilut, dengan sisa miras merek Mention House yang ditenggaknya sebelum tewas.

***

Kasat Reskrim Poltabes Banjarmasin, Kompol Edy Suwandono, mengatakan, dari hasil pemeriksaan, pihaknya menetapkan Laila sebagai tersangka kasus ini. “Tersangka terancam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan,” katanya kepada wartawan, Selasa (3/11).

Menurut Edy, dari hasil pemeriksaan, dalam kasus ini hanya ada satu tersangka, yaitu Laila. Sedangkan putrinya, Gadis dan menantunya, Sabani, dipastikan tidak terlibat.

Terkuaknya kasus ini, berawal dari kecurigaan keluarga Reza, warga Tanjung, Tabalong, seorang teman Ilut yang juga tewas usai pesta miras bersama Ilut. Keluarga Reza lantas melaporkan kejanggalan atas kematian Reza kepada pihak kepolisian di Tabalong yang lantas berkoordinasi dengan petugas Reskrim Poltabes Banjarmasin dan Polsekta Banjarmasin Barat.

Rupanya, sebelum keduanya tewas pada Sabtu (24/10) malam, mereka menenggak sebotol miras merek Mention House yang dibeli oleh Gadis, adik Ilut, atas suruhan ibu Ilut, Laila. Kuat dugaan, sebelum miras itu ditenggak oleh keduanya yang berpesta miras, sudah dicampur dengan potas.

Keduanya menenggak miras itu di rumah yang selama dikonrak Lalil, di Jalan Sutoyo S Gang Sepakat, Banjarmasin Barat. Di rumah ini pula, Ilut tinggal. Malam itu, selain Reza dan Ilut, ada dua orang lainnya. Misbah pacar Reza dan Hadi yang merupakan teman mereka. Namun, Misbah dan Hadi saat itu tidak ikut menenggak miras.

Belum habis miras itu ditenggak keduanya, Ilut mengalami kejang dan jatuh pingsan. Selain itu, dari mulutnya keluar busa. Saat itu, Reza sempat memberi pertolongan kepada Ilut.

Namun tidak lama berselang, reaksi yang sama dialami Reza. Oleh sang pacar, Misbah, Reza kemudian dilarikan ke rumah sakit menggunakan beca. Tapi diperjalan, Reza kejang dan mengeluarkan busa, serta menghembuskan nafas terakhirnya.

Malam itu juga, jenazah Reza dibawa ke Tanjung. Sedangkan jenazah Ilut, dibawa ke rumah seorang keluarganya dan keesokannya dikebumikan. Namun tetangga di sekitar tempat tinggal Laila dan Ilut, tak ada yang mengetahui peristiwa yang memang sengaja dirahasiakan tersebut.

Selang sepekan pasca kekejadian ini, setelah keluarga Reza, salah satu korban tewas melapor ke polisi, petugas melakukan penyelidikan kasus ini. Hasilnya, tim gabungan Poltabes dan Polsekta Banjarmasin Barat, keduanya tewas akibat miras yang dicampur racun.

Hasil penyelidikan juga mengarah kepada pelaku yang ternyata Laila, ibu kandung seorang korban tewas. Kecurigaan ini diperkuat dengan temuan sisa miras yang masih bercampur racun yang masih disimpan Laila.

Guna mengetahui adanya dugaan racun yang dicampur di miras itu, petugas sempat menenggakan minuman itu ke seekor ayam, yang tak lama berselang mati. Bersama barang bukti sisa miras itu, Laila lantas digiring ke Mapoltabes Banjarmasin untuk diamankan.

***

Kepada polisi, Laila mengakui perbuatannya. Alasannya, ia sudah tidak tahan menghadapi kelakuan sang anak yang dianggapnya sudah kelewat batas. Selain sering mabuk-mabukkan, anaknya itu kerap meminta uang kepadanya dengan paksa. Dan tak jarang mengancam.

Puncak kekesalan Laila, dipicu ketika siang hari sebelum ia meracuni anaknya itu. Saat itu, Ilut pulang ke rumah dengan mengamuk tanpa sebab yang kemudian berujung perkelahian dengan adik iparnya, Bani (22) yang ketika itu ada di rumah tersebut.

Saat perkelahian terjadi, Laila menggendong cucunya yang berusia dua bulan, anak dari adik Ilut, Gadis. Saat coba melerai perkelahian, anak Gadis terjatuh dari gendong Laila, hingga kepala bocah tersebut benjol.

Usai perkelahian itu, Ilut pergi meninggalkan rumah. Diduga, saat itulah muncul keinginan Laila menghabisi nyawa anaknya. Laila lantas menyuruh Bani dan Gadis membeli sebotol miras Mention House yang kemudian dicampur dengan potas. Miras inilah yang kemudian diberikannya kepada Ilut dan Reza.

Selain kepada polisi dan wartawan yang menemuinya saat diamankan di Mapoltabes Banjarmasin, Senin (3/11), pengakuan Laila ini juga didengarkan oleh suaminya Abdul Thalib.

Berbeda dengan Laila yang terlihat tegar tanpa menitikkan air mata, kala itu Abdul Thalib, nampak terpukul. Air matanya terus berlinang. Kepada sang suami, Laila, mengaku pasrah dan siap menerima kenyataan yang bakal ditanggungnya akibat perbuatannya ini. Menurutnya, apa yang dilakukan ini sudah menjadi janjinya di kehidupan ini.

Jumat, 25 September 2009

Biar Lebaran Asal Selamat

Tradisi setiap tahun. Rawan Kejahatan. Waspadalah!

Oleh : Deny M Yunus

Pulang ke kampung halaman untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri atau mudik, sudah jadi tradisi di negeri ini. Khususnya di kota besar seperti Jakarta. Dan tak ketinggalan juga di Banjarmasin, yang kini penduduknya mulai terbiasa dengan tradisi mudik, seperti lebaran tahun ini.

Namun, saat umat muslim merayakan hari besar ini, penjahat banyak yang tidak memberi toleransi. Malahan, menjelang dan saat lebaran ditengarai kejahatan meningkat. Seperti pencurian di rumah kosong yang ditinggal penghuninya mudik. Atau kejahatan di tempat kerumunan massa pemudik, seperti terminal, pelabuhan dan bandar udara.

Kabid Humas Polda Kalsel, AKBP Puguh Rajardjo, menghimbau, masyarakat Kalsel, baik yang mudik atau tidak, untuk lebih waspada saat merayakan lebaran. Bagi mereka yang tidak mudik, tetap diminta kewaspadaan menjaga kawasan sekitar tempat tinggal mereka. Karena, semangat merayakan lebaran, kadang membuat tidak waspada terhadap aksi kejahatan.

Selain itu, kata Puguh, bahaya kebakaran juga patut diwaspadai. Jangan sampai, saat merayakan lebaran, harus disertai cobaan dengan terkena musibah kebakaran. Hal yang satu ini sangat rawan terjadi di Banjarmasin dan sekitarnya. “Saat lebaran, sebaiknya tetap waspada. Misalnya mengantisipasi tindak kejahatan atau musibah lain, seperti kebakaran,” kata Puguh kepada URBANA, Selasa (15/9).

Sedangkan bagi mereka yang tahun ini mudik, kata Puguh, sebaiknya memastikan rumah yang tinggalkan dalam keadaan aman. Misalnya tidak ada aliran listrik yang bias memmicu hubungan arus pendek. Kemudian mengunci rumah dan tidak lupa menitipkan ke sanak keluarga atau tetangga.

Menurut Puguh, seperti tahun sebelumnya, lebaran kali ini, Polda Kalsel mengerahkan dua per tiga untuk melakukan pengamanan. Mulai dari patroli dilingkungan tempat tinggal, lalu lintas dan sejumlah titik rawan yang nantinya ramai dilalui pemudik.

Bagi yang mudik dengan kendaraan pribadi, menurut Puguh, sebelum berangkat, wajib memastikan kondisi kendaraan mereka dalam keadaan baik. Begitu juga kelengkapan kendaraan tersebut sesuai aturan. “Bagi yang pakai sepeda motor, wajib menggunakan helm dan sabuk pengaman bagi yang menggunakan mobil,” katanya.

Kepada pemudik yang menggunakan angkutan umum, Puguh mewanti-wanti, agar mereka selalu waspada dan memastikan barang bawaan aman. Khususnya saat berada di tempat ramai, seperti terminal bus, pelabuhan dan juga bandara. “Jangan membawa barang berharga berlebih dan tidak menampilkan terlalu menyolok. Lebih baik mencegah daripada menjadi korban,” ujar Puguh.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Kejahatan di Sebuah Asrama

Oleh : Deny M Yunus

Bangunan berlantai dua di Jalan Mistar Cokro Aminoto, Sungai Besar, Banjarbaru itu, sepi sejak ditinggal pergi para penghuninya. Pintu ruangan-ruangan di lantai satu bangunan itu pun terkunci rapat, begitu pula jendela kaca di bagian atas bangunan asrama tersebut.

Ketika URBANA bertandang ke Asrama Akademi Analis Kesehatan Departeman Kesehatan (Depkes) Banjarmasin, di kawasan Kampus Politeknik Kesehatan (Politekes) Banjarmasin itu, Rabu (26/8), yang ada hanyalah seorang petugas satuan keamanan (satpam), Madan.

Menurut Madan, penghuni asrama itu saat ini sedang pulang ke rumah mereka masing-masing. Karena saat ini sudah memasuki masa liburan, tidak ada perkuliahan. Keheningan itu juga nampak pada bangunan serupa disebelah, Asrama Akademi Keperawatan.

Para penghuni yang biasa menempati delapan kamar di asrama itu, pulang ke rumah masing-masing usai pelaksanaan yudisium para alumni kampus tersebut. Bersamaan dengan kepergian mereka, keheningan menyelimuti asrama yang sempat digegerkan aksi kejahatan, pencurian dengan kekerasan, yang membuat satu mahasiswa kampus itu, kini terbaring koma di Rumah Sakit (RS) Suaka Insan, Banjarmasin.

Diduga, Lira Rosita (21), yang menjadi korban dalam peristiwa ini, dianiaya pelaku yang dipergokinya sedang beraksi di asrama itu. Akibat penganiayaan pada Kamis (20/8), bersamaan yudisium yang juga diikutinya, Lira mengalami luka dibagian kepada dan tak sadarkan diri.

Ditengarai, luka dikepala Lira yang mengakibatkan ia tidak sadarkan diri, karena kepalanya dibenturkan oleh pelaku ke bagian dinding asrama itu. Lira yang tersungkur bersimbah darah, ditemukan teman-temannya sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan pelaku kabur tanpa meninggalkan jejak.

Mendapati temannya tersungkur bersimbah darah, rekan-rekannya kemudian melarikan korban ke rumah sakit di Banjarbaru. Namun kondisinya yang tak kunjung membaik, Lira selanjutnya dirujuk ke RS Suaka Insan, Banjarmasin. Lira yang juga tak kunjung sadarkan diri, kini menjalan perawatan di ICCU rumah sakit itu.

Menurut ibu Lira, Ny Marsiti, anaknya sudah menjalani operasi membuang gumpalan darah dikepalanya. Meski belum juga sadarkan diri, namun setelah beberapa hari menjalani perawatan, Lira sudah bisa merespon ucapan orang disekelilingnya. Seperti ketika diminta menggerakan kakinya.

“Kondisinya ada sedikit perkembangan, meski belum sadarkan diri,” kata Ny Marsiti kepada URBANA, Rabu (26/8).
Soal kasus yang menimpa adiknya, Ny Marsiti, mengaku belum mengetahui pasti. Bahkan, ia belum ada merencanakan mengenai perkembangan penyeledikan kasus ini kepada polisi. “Kami untuk saat ini cuma sama kesehatan dia (Lira). Soal kasusnya kami tidak tahu perkembangannya,” ujar Ny Marsiti.

***

Menurut Madan, satpam di kampus dan asrama itu, tindak kejahatan ini yang pertama kalinya terjadi di tempat itu. Selama ia bekerja di tempat itu sebagai satpam, sebelumnya tak pernah terjadi tindak pidana kejahatan di tempat itu.

Di hari sebelum kejadian, Madan melaksanakan tugasnya seperti biasa, mengontrol sekeliling kampus, sejak pukul 07.00-10.00 WITA. Saat itu, ia juga sempat melintas di depan asrama. Olehnya, beberapa mahasiswa terlihat berkumpul di depan asrama, termasuk korban yang hari itu juga ikut diyudisium. Acara yudisium berlangsung sekitar sekitar dua jam, mulai pukul 10.00-12.00 WITA.

Diketahui Madan, setelah yudisium selesai dan memasuki sesi foto bersama, Lra menuju asrama. Diperkirakan, Lira bermaksud mengambil kado sebagai kenang-kenangan yang diberikan kepada dosen. Diduga saat itulah, korban bertemu dengan pelaku yang kemudian menganiayanya.

Tak lama berselang Lira menuju asrama, kata Madan, seorang temannya, Fifi, menyusul. Saat itulah Fifi mendapati Lira tersungkur bersimbah darah. Sejak itu, ia lantas berteriak meminta pertolongan. Lira didapati terlentang dengan kepala penuh darah di lorong kamar asrama. Saat ditemukan, darah yang mengalir sudah sedikit mengering.

”Mendengar teriakan itu, saya lari ke asrama. Lira terus dibawa ke rumah sakit. Saya dan Pak Giman, pegawai Poltekes, melapor ke Polsekta Banjarbaru,” kata Madan.

Menurut Madan, Lira bukan penghuni asrama. Selama kuliah di kampus itu, Lira bermukim di rumahnya sendiri, di Jalan Berlian III, Banjarbaru. Sedangkan orangtuanya di Kalimantan Tengah (Kalteng). Di rumah itu, Lira bersama seorang adiknya.
Hanya saja, Lira sering ke asrama itu berkumpul bersama teman-temannya. Begitu pula di hari kejadian.

Saat kejadian, kata Madan, semua pintu kamar memang tidak ada yang terkunci. Dari delapan, ada tiga kamar yang diobrak abrik pelaku. Selain telepon seluler, sejumlah uang milik anak asrama hilang. Beberapapenghuni, juga mengaku kehilangan pakaian mereka.

Kapolsekta Banjarbaru, AKP Heri Kananda, mengatakan, hingga kini sudah empat saksi yang dimintai keterangan oleh pihaknya. Mereka, Fifi, orang yang pertama kali menemukan korban sudah tersungkur. Kemudian, Fitrina teman kuliah korban. Lainnya, Irda Ariana teman dan pemilik kamar tempat korban menitipkan barang,
Selanjutnya Giman, pegawai kampus itu.

Namun dari keempat saksi itu, kata Heri, pihaknya belum menemukan keterangan ke arah pelaku. Dari hasil pemeriksaan sementara, diperkirakan hanya Lira yang mengetahui identitas pelaku pencurian dan penganiayaan yang dialaminya. “Dari saksi yang sudah dimintai keterangan, kami tidak menemukan gambaran ciri-ciri pelaku,” ujar Heri.

Selain minimnya ciri-ciri pelaku dari keterangan saksi mata yang sudah diperiksa, untuk mengungkap kasus ini, kesulitan polisi mengungkap kasus ini juga dikarenakannya tidak ada barang bukti yang ditinggalkan pelaku. “Satu-satunya barang bukti, hanya kerudung korban yang sudah berlumuran darah” ujar heri.

Menurut Heri, dari pemeriksaan sementara, ada dugaan korban dianiaya dengan cara kepalanya dipukul dengan benda keras. Namun benda yang diduga digunakan pelaku itupun tak juga ditemukan di lokasi kejadian. Kemungkinan benda yang digunakan untuk memukul itu, dibawa kabur pelaku. (RUDYANTO DAN RUDY WAHYUDIN)

Perempuan Dibenam Setengah Telanjang

Diduga dibunuh. Hanya mengenak kaos. Terbenam di sawah diperkirakan selama dua tahun. Tidak ada yang mengakui.
Oleh Deny M Yunus
Pita garis polisi yang dipasang mengeliling berbentuk segi enam tak beraturan masih memagari bongkahan tanah di tengah persawahan di Desa Panjang, Gambut, Kabupaten Banjar. Polisi tak kunjung melepas pita itu, sejak ditemukannya kerangka perempuan berbalut baju kaos di persawahan yang jauh dari pemukiman penduduk. Lubang galian digalangan (gundukan tanah pembatas sawah) tempat ditemukannya kerangka yang tidak diketahui identitasnya itu, hingga kini juga masih dibiarkan seperti saat petugas dibantu warga melakukan evakuasi.
Saat ditemukan, selain berbalut kaos berwarna hitam merek Kenko, di bagian leher kerangka itu didapati seutas tali yang melingkar. Dari sini, kuat dugaan perempuan yang diperkirakan berusian 25-30 tahun ini, merupakan korban pembunuhan. Tapi hingga kini, jajaran Polsek Gambut, belum berani memastikan penyebab kematian perempuan tersebut.
Pasca ditemukannya kerangka perempuan yang kini disimpan di ruang jenazah RSUD Ulin, Banjarmasin, berbagai dugaan muncul. Salah satunya, kuat dugaan perempuan itu dibunuh di kawasan lain dan kemudian mayatnya dikubur di persawahan itu. Dugaan ini menguat, karena tidak ada satu pun warga di sekitar lokasi penemuan yang kehilangan anggota keluarga mereka. Diperkirakan, perempuan itu tewas dan dibenamkan sekitar dua tahun lalu, sebelum kerangkanya ditemukan pada Senin (3/8).
Dugaan ini diperkuat posisi ditemukannya kerangka itu yang berada di tengah hamparan sawah di desa itu. Lokasinya jauh dari keramaian. Untuk mencapai lokasi, hanya bisa dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua melalui jalan setapak. Jaraknya, sekitar dua kilometer dari Jalan Panjang KM3, Gambut, yang menghubungkan antara Pasar Gambut dan Sungai Tabuk.
Seorang perempuan, sebut saja Acil Idah, ketika ditemui URBANA, mengatakan, kerangka itu ditemukan digalangan pembatas sawah milik adiknya dan seorang sepupu mereka. Penemuan itu saat orang yang mengerjakan sawah adik dan sepupunya mengatam (panen padi). “Waktu itu sudah sore. Sudah parak tuntung. Polisi datang sudah parak maghrib,” katanya.
Ia sendiri mengetahui adanya penemuan kerangka itu dari orang lain. Meski melihat banyak kerumunan orang di sekitar sawah adik dan sepupunya, kala itu ia memilih tidak beranjak dari sawahnya yang berjarak sekitar 200 meter ke belakang dan terus saja mengatam. Alasannya, ia enggan melihat hal yang mengerikan. Belakangan, dari omongan warga, ia tahu bahwa kerangka itu merupakan tulang belulang manusia berjenis kelamin perempuan.
Kapolsek Gambut, AKP I Ketut Sadra didampingi Kanit Reskrim, Brigadir Purnoto, mengatakan, informasi penemuan kerangka perempuan ini didapat pihaknya dari laporan seorang warga, Bahran. “Setelah dapat laporan, kemudian anggota ke lokasi dan selanjutnya mengevakuasi kerangka itu ke RSUD Ulin, Banjarmasin,” kata Ketut.
Menurut Ketut yang baru dua hari menduduki jabatan Kapolsek Gambut, menggantikan AKP Jumberi, anggotanya dipimpin Kanit Reskrim, Brigadir Purnoto, terus menyelidiki kasus ini. Namun hingga kini, belum ditemukan titik terang identitas si perempuan dan juga motif dugaan pembunuhan ini. Karena minimnya bukti untuk mengungkap kasus ini, apalagi yang tersisa hanya kerangka.
Saat ditemukan, kerangka itu masih dalam bentuk utuh tidak tercerai berai. Posisinya membujur terkubur di galangan sawah. Diperkirakan, mayat korban dari kerangka ini sengaja dikubur di lahan tersebut. Kemudian karena tanah bagian atasnya terkikis, seperti oleh air dan hujan di persawahan itu, bagian teratas kerangka itu terlihat di antara permukaan tanah.
Sejak ditemukannya kerangka ini, ada dua orang yang ingin mencocokan ciri-ciri dari kerangka itu dengan anggota keluarga mereka yang hilang. Orang pertama, Sidik Susanto, warga Manaraf Tengah RT 008, Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar. Kemudian, Hairi, warga Jalan Gerilya RT 15, Banjarmasin Selatan, yang mengaku adik perempuannya hilang.
Namun keduanya tidak meyakini kerangka perempuan itu sebagai anggota keluarga mereka yang hilang. Salah satu ketidakyakinan itu berdasarkan baju kaos yang ditemukan bersama kerangka tersebut. Menurut kedua orang itu, anggota keluarga mereka yang hilang tidak memiliki baju kaos seperti yang ditemukan bersama kerangka perempuan tersebut.
Menurut Ketut, hingga kini pihaknya belum berani memastikan berbagai dugaan yang muncul. Seperti adanya dugaan bahwa kerangka itu merupakan korban pembunuhan dilokasi lain yang kemudian dikubur di kawasan itu. Begitu pula dengan dugaan, perempuan itu merupakan korban perampokan.
Diakui Ketut, meski baru beberapa hari bertugas di kecamatan itu, ia sudah mengitar kawasan tersebut. Melihat luasnya kawasan itu dan masih banyaknya areal kosong yang jauh dari pemukiman warga, sehingga tidak menutup kemungkinan dijadikan lokasi tindak kejahatan.
Selain menyelidiki kasus ini dengan cara mencari sebanyak mungkin bukti dan keterangan warga sekitar lokasi kejadian, polisi berharap ada keluarga korban yang melapor. Diharapkan, dengan terungkapnya identitas korban, penyelidikan mengungkap kasus ini bisa lebih mudah.
Menurut Purnoto, saat ini pihaknya terus membuka diri bagi masyarakat yang anggota keluarganya hilang untuk mencocokan dengan ciri-ciri kerangka perempuan ini. Meski diakuinya hal itu sangat sulit, karena saat ini bukti yang dimiliki hanyalah selembar kaos membalut kerangka itu. Namun kalau ada masyarakat yang yakin kerangka itu milik anggota keluarga mereka yang hilang, pembuktiannya bisa dilanjutkan tes DNA.

Jurus Nisa Bukopin Menebar Tipu

Mulut manis menggasak milyaran rupiah. Piawai sejak tiga tahun beraksi.
Oleh : Deny M Yunus
Berkulit putih dan bentuk wajah oriental dengan mata agak sipit. Rambut hitam sebahu diikat dengan poni menyamping. Begitulah paras dan penampilan Fahrunisa alias Nisa (36), oknum pegawai Bank Bukopin cabang Banjarmasin yang kini mendekam di sel tahanan Mapolda Kalsel, setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaaan penipuan dan penggelapan.
Bagai tupai yang jatuh dari kepandaiannya melompat, Nisa harus menyudahi aksinya. Investasi yang ditawarkannya ke banyak orang sejak sekitar tiga tahun lalu, belakangan diketahui fiktif. Celakanya, ulah Nisa ini baru terbongkar setelah puluhan orang yang mengaku menjadi korban, sudah mengucurkan banyak uang.
Nisa nampaknya memang piawai dalam menjerat korban. Pasalnya, program investasi yang ditawarkannya hanya bermodal janji manis dengan omongan. Tak ada selembar brosur atau proposal, yang ditunjukkan Nisa ketika ia menawarkan investasi ini ke para korbannya. “Dalam pemeriksaan, Nisa mengaku investasi yang ditawarkannya hanya dengan omongan. Tidak ada proposal atau semacamnya. Setelah korbannya tertarik, baru ada kontrak kerja,” kata Kasat II Ekonomi Khusus (Eksus) Dit Reskrim Polda Kalsel, AKBP Helfi Asegaf, kepada URBANA, Rabu (12/8).
Seorang yang mengaku korban Nisa, sebut saja Haji yang minta kepada URBANA agar identitasnya tidak disebutkan, mengatakan, ia tertarik mengivestasikan uangnya setelah kepincut kebaikan Nisa. Kala itu, ia mengenal Nisa saat mengajukan permohonan kredit pinjaman ke bank tempat Nisa bekerja sebagai koordinator Relationship Officer (RO) Funding.Sesuai jabatannya, Nisa mengkoordinir rekan-rekan kerjanya yang mencari dan melayani nasabah yang mengajukan kredit pinjaman.
Menurut Haji, kala itu ia mengajukan kedit pinjaman untuk satu keperluan. Setelah memenuhi semua persyaratan pengajuan kredit, Haji menerima informasi permohonan disetujui dan tinggal menunggu pencairan dana. Saat itulah Nisa beraksi. Nisa menawarkan jasa baik dengan meminjamkan uang pribadinya kepada Haji. Besarannya sesuai dengan dana pinjaman yang bakal diterima Haji dari bank.
Meski Nisa mematok fee 15 persen dari total utang, Haji yang saat itu merasa sangat memerlukan dana, mengiyakan tawaran tersebut. Apalagi, proses pencairan dana pinjaman dari bank perlu beberapa hari. Sedangkan tawaran Nisa bisa direalisasikan saat itu juga. Sejak itulah, Haji kepincut Nisa sebagai orang yang jujur dan mau menolong.
Sebaliknya Nisa, menjadikan Haji sebagai targetnya. Berbekal pernah melakukan jasa baik kepada Haji, ditambah janji manis, Nisa pun beraksi menawarkan investasi dengan fee menggiurkan. Sama seperti kepada para korban lainnya, Nisa menawarkan kerjasama investasi usaha pengadaan beras. Tawarannya, setiap penanam modal bakal mendapatkan keuntungan fee 8-10 persen dengan variasi waktu pengambilan tujuh atau 15 hari, dari nilai uang yang ditanamkan.
Tanpa ada kecurigaan, Haji lantas menginvestasikan uang yang menurutnya berkisar ratusan juta rupiah. Di awal berinvestasi, saat jatuh tempo, Nisa rajin menyerahkan fee dan dana pokok yang ditanamkan Haji. Tindakan Nisa ini menambah kepercayaan Haji. Belakangan, karena semakin percaya, Haji menambah investasi dengan menanamkan setiap fee yang seharusnya ia terima.
Namun belakangan, laporan tentang fee yang seharusnya diterima Haji, mulai tak menentukan. Hingga akhirnya Nisa tak lagi bisa menyanggupi membayar semua fee kepada seluruh nasabahnya. Kekhawatiran Haji dirinya menjadi korban penipuan semakin menguat kala mengetahui Nisa kabur dari rumahnya dan kemudian ditangkap polisi.
Meski mengaku dirinya sebagai korban penipuan Nisa, Haji hingga kini memilih tidak menjadi pelapor dalam kasus ini. Alasannya, ia berharap, uangnya bisa kembali. Dari 47 orang yang diakui Nisa dijadikannya korban dalam kasus ini, hanya tujuh yang melaporkan ke polisi. Sedangkan lainnya, belum mengajukan laporan dan masih ditunggu pihak kepolisian. Meski demikian, polisi tetap mengusut kasus ini dan telah menetapkan Nisa sebagai tersangka. Karena mereka yang melapor, punya bukti adanya kesepakatan tertulis dalam investasi ini.
Ditengarai, banyak orang yang mengaku korban enggan membuat laporan karena tidak punya bukti telah menyerahkan uang kepada Nisa. Apalagi, kepada polisi saat pemeriksaan, Nisa mengaku tidak punya secarik catatan tentang kesepakatan dan jumlah masing-masing dana korban yang diterimanya. Semua aktivitas yang dilakukannya hanya berdasarkan ingatan.
Misalnya, seingat Nisa dari 47 orang yang menanamkan modal kepada dirinya, total uang sekitar Rp15 milyar. Berbeda dengan perkiraan polisi tentang kerugian seluruh korban yang mencapai ratusan milyar, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sejumlah saksi. Selain itu, ditengarai sebagian korban enggan menyeret kasus ini ke ranah pidana. Pasalnya, kalaupun Nisa nantinya dinyatakan bersalah dalam persidangan kasus ini, uang mereka tak bakal kembali.

Sejak ditangkap polisi Sabtu (25/7), ia dijebloskan ke sel tahanan Mapolda Kalsel, usai ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penipuan dan penggelapan, Nisa, terus menjalani pemeriksaan intensif penyidik yang menangani perkara ini. Polisi terus mengorek keterangan darinya, termasuk keberadaan harta benda miliknya yang diduga hasil kejahatannya.
Bahkan, polisi buru-buru mengajukan perpanjangan masa penahanan Nisa kepada kejaksaan. Sesuai aturan, masa penahanan tahap pertama Nisa yang berlaku 20 hari sejak dijebloskan ke sel tahanan, berakhir pada Minggu (16/8). Tapi karena pemeriksaan terhadap dirinya belum tuntas, penyidik kasus ini mengajukan perpanjangan penahanan kepada kejaksaan.

Nisa dan Tokonya yang Dijarah

Oleh : Deny M Yunus
Rumah berlantai dua dengan dinding sekelilingnya dilapisi cat warna putih itu tak lagi berpenghuni. Tiga pintu toko, dua di depan dan satu di samping rumah di Jalan Sungai Miai Luar No 7 RT 5, Kelurahan Sungai Miai, Banjarmasin Utara itu juga tertutup rapat. Begitu pula dengan pintu rumah itu.
Menurut Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Rosmilawati, sudah sekitar dua pekan rumah itu dibiarkan kosong. Sejak seorang penghuni sekaligus salah satu pemilik rumah, Fahrunisa alias Nisa (36) ditangkap polisi dan mendekam di sel tahanan Mapolda Kalsel. Sedangkan suami Nisa, Haris tidak diketahui keberadaannya. Begitu pula dua anak mereka.
Nisa mendekam di sel tahanan dan kini berstatus tersangka dengan tuduhan penipuan dan penggelapan. Modusnya, menawarkan investasi usaha pengadaan beras yang belakangan diketahui fiktif. Sedikitnya, ada tujuh korban yang mengaku menjadi korban dan melapor ke polisi. Belakangan, jumlah korban bertambah banyak, mencapai puluhan orang dengan pengakuan kerugian mencapai ratusan milyar rupiah.
Nisa sempat kabur dan diburu polisi, setelah tak lagi mampu membayar fee yang dijanjikannya. Tapi kemudian ditangkap di rumah orangtua angkatnya di Desa Hantakan Pasar, Hulu Sungai Tengah (HST), pada Sabtu (25/7) dinihari. Penangkapan itu dilakukan polisi, sehari setelah para korban melapor.
Menurut Rosmilawati, sehari sebelum Nisa ditangkap, banyak orang yang mengaku korban berdatangan ke rumah Nisa. Bahkan dari laporan warga kepada Rosmilawati, orang-orang itu tak hanya mencari Nisa, tapi sebagian mengambil barang dagangan di toko milik Nisa. “Waktu itu saya ke luar kota, jadi tidak melihat langsung. Menurut tetangga, bahkan ada yang dengan mobil mengambil barang-barang di rumah Nisa,” kata Rosmilawati, kepada URBANA, Kamis (6/8).
Sejak lama, selain bekerja di bank, Nisa juga membuka usaha di rumahnya. Ia punya tiga toko. Satu di sebelah kanan depan rumahnya, merupakan toko yang menjual pakaian anak-anak muda. Kemudian ditengah, berisi mainan anak-anak, termasuk sepeda. Sedangkan di samping rumah, sebuah toko yang menjual keperluan sehari-hari dan sembilan bahan pokok.
Sedangkan lantai satu rumah itu, dijadikan butik memajang busana anak-anak dan perempuan dewasa. Lengkap dengan tas dan segala pernak-pernik lainnya. Semuanya merek terkenal dengan harga yang tidak murah, mencapai ratusan ribu rupiah per item. “Kalau saya sering belanja di pencarakenan saja, karena harganya memang murah dibanding toko lain. Tapi kalau di butiknya, seingat saya tidak pernah karena barang mahal sesuai mereknya,” kata Rosmilawati.

Saat aksi jarah itu terjadi, warga di sekitar rumah Nisa memilih tidak ikut campur. Mereka hanya menyaksikan. Apalagi, keluarga Nisa juga memilih diam. Begitu pula dengan para pekerja di toko Nisa, yang memilih pergi karena takut. Ditengarai, setelah barang-barang di rumah dan sekaligus took milik Nisa itu ludes, tak ada lagi yang datang ke rumah itu. Bahkan kini tak jelas siapa yang memegang kunci rumah dan toko-toko itu.
Beberapa dari orang-orang yang mengaku menjadi korban perbuatan Nisa, juga sempat datang ke rumah Rosmilawati. Mereka minta Rosmilawati menunjukkan keberadaan suami, keluarga dan aset Nisa. Kepada Rosmilawati, mereka ada yang mengaku berinvestasi hingga milyaran rupiah. Ada pula yang mengaku hartanya ludes karena akibat kasus ini. Tapi karena Rosmilawati tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, para korban Nisa akhirnya pulang dengan tangan hampa.
Selain itu, Rosmilawati juga pernah didatangi orang Bank Bukopin Banjarmasin, tempat kerja Nisa selama ini, yang mengantarkan surat. Mereka mengaku tidak tahu harus mengantar surat itu. Awalnya, Rosmilawati menolak menerimakan. Tapi akhirnay ia mau mnerimakn surat itu, asalkan diberitahu perihal isi surat itu. Seingat Rosmilawati, isinya surat peringatan dengan tiga point. Satu, Nisa dianggap telah mencemarkan nama baik bank tersebut. Kedua, Nisa dianggap melanggar aturan karena tidak masuk kerja. “Yang ketiga saya tidak ingat, apa poin surat itu,” ujar Rosmilawati.
Menurut Rosmilawati, pekerjaan yang diakui Nisa kepada polisi dilakukannya sudah tiga tahun ini, tidak diketahui sama sekali oleh warga di sekitar tempat tinggal mereka. Bahkan keluarga Nisa, saudara-saudaranya tidak ada yang mengetahui. Setahu Rosmilawati, tidak ada warganya yang mengaku menjadi korban. Itu juga disimpulkannya dari tidak adanya warganya yang ikut mencari-cari Nisa, saat kabur dari rumahnya.
Rosmilawati mengenal Nisa sejak kanak-kanak, karena orangtua mereka sama-sama bermukim di kawasan itu sudah sejak lama. Tapi usia mereka bertaut jauh, Nisa lebih muda sekitar 10 tahun dari Rosmilawati. Selama ini, Rosmilawati mengenal Nisa sebagai sosok perempuan yang dermawan. Ia tak segan menyumbangkan uang di setiap kegiatan di lingkungan mereka.
Terlebih sejak tiga tahun terakhir, bersamaan dengan usaha Nisa yang ramai dikunjungi pelanggannya. Misalnya, Nisa tak segan mengeluarkan banyak uang menyumbang ke langgar dekat tinggal mereka, untuk acara berbuka puasa di kala bulan Ramadhan. Selain itu, sejak tiga tahun terakhir, kala menjelang bulan puasa, Nisa selalu membagikan paket berisi sembako untuk para janda dan keluarga tidak mampu di kawasan tempat tinggalnya. Tak hanya itu, saat perayaan 17 Agustus, Nisa selalu menyumbang banyak hadiah untuk dibagikan diperlombaan yang digelar.
Bahkan, seorang penarik becak pernah mengaku kepada Rosmilawati, bahwa Nisa itu orangnya baik. Penarik beca itu mengaku senang kalau Nisa menumpang becaknya, karena sering membayar lebih dari penumpang lainnya. Misalnya, kalau Nisa naik becaknya dari Pasar Lama ke rumah, ia membayar minimal Rp10.000, tak jarang hingga Rp25.000. Padahal, jarak rumah Nisa dengan Pasar Lama tak begitu jauh, sekitar satu kilometer.
Makanya, Rosmiliawati mengaku kaget dengan kasus yang menjerat Nisa saat ini. Begitu pula dengan tetangga lainnya. Bahkan, saudara-saudara Nisa, kepada Rosmilawati juga mengaku kaget dengan kasus ini. Mereka semua tidak menyangka, bahkan tidak pernh sedikit pun terbesit di benak mereka, mengingat kebaikan Nisa selama ini.
Sikap dermawan Nisa tak pernah mereka curigai, apalagi usaha perempuan ini maju pesat. Hampir setiap hari pelanggan memenuhi toko-tokonya. Selain itu, Nisa juga punya toko di beberapa tempat lainnya. “Setahu saya karyawannya ada 20 orang. Beberapa memang warga di sini. Tiga karyawannya menginap di rumahnya. Tapi beberapa lainnya disewakan rumah,” kata Rosmilawati.
Selain usaha dagangnya berkembang, kata Rosmilawati, sejak tiga tahun terakhir memang ada perubahan gaya hidup Nisa. Misalnya, empat mobil yang dimiliknya. Lalu, hampir setiap akhir pekan, Nisa berlibur ke luar kota, seperti ke Jakarta. “Mereka biasa berangkat Sabtu dan Senin sudah pulang. Katanya, mobilnya diparkir menginap di bandara, jadi tidak perlu diantar jemput,” ujar Rosmilawati.
Menurut Rosmilawati, meski kini Nisa dalam keadaan berbeda, tak ada cibiran dari para tetangga. Mereka tetap mengenal Nisa sebagai sosok yang dermawan. Meski, perayaan 17 Agustus-an tahun ini, yang hanya menyisakan hitungan hari, bakal tak lagi disemarakkan hadiah-hadiah dari Nisa. Begitu pula acara bagi-bagi sembako bagi para janda dan keluarga tidak mampu dilingkungan itu, menjelang bulan Ramadhan yang hampir tiba, bakal berlalu bersama jerat hukum yang mengancam Nisa mendekam di penjara. (RUDY WAHYUDIN)

Jumat, 31 Juli 2009

Ketika Pegawai Bank Menipu

Berkedok investasi. Milyaran rupiah raib. Berkomplot. Sudah tiga tahun beroperasi. Gali lubang tutup lubang. Pelaku membeli perhiasan dan rumah.


Oleh : Deny M Yunus


Seorang perempuan, Fahrunisa alias Nisa (36), dua pekan terakhir mendadak ngetop. Namanya disebut-sebut, setelah 10 orang yang mengaku korban penipuannya, melapor ke Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Kalsel. Dari 10 korban, tujuh pelapor merupakan saksi korban. Mereka mengaku rugi hingga Rp12 milyar. Jumlah itu belum ditambah korban lain yang diperkirakan sebanyak 40-an orang, dengan total kerugian hingga ratusan milyar rupiah.



Korban kasus penipuan ini diduga banyak. Pasca dilaporkannya kasus ini, banyak nasabah Nisa yang mengaku jadi korban. Tapi tidak semuanya datang melapor ke polisi. Mereka sepertinya malu dan menutup identitas. Di antara mereka, belakangan diketahui keluarga pejabat Kalsel yang mengaku berinvestasi Rp1,5 milyar.

Bahkan ada seorang kontraktor yang masih kerabat seorang pejabat, berinisial T, yang uangnya juga ludes. Ini menyebabkan proyek pemerintah yang dikerjakannya terbengkalai. Pasalnya, uang yang dinvestasikan itu merupakan dana termin pertama pengerjaan proyek milik salah satu dinas di Kalsel. Ada pula pengusaha yang meminjam uang dari bank pemerintah, ikut menjadi korban Nisa.

Pasca laporan itu, polisi memburu Nisa. Tapi ia kabur dari rumahnya di Jalan Sungai Miai Luar No 7 RT 5, Banjarmasin Utara. Beberapa hari kemudian, polisi menangkap Nisa di rumah orangtua angkatnya yang dijadikannya tempat persembunyian di Desa Hantakan, Hulu Sungai Tengah (HST), Sabtu (25/7). Usai pemeriksaan, penyidik Satuan II Ekonomi Khusus (Eksus) Dit Reskrim Polda Kalsel, menetapkan Nisa sebagai tersangka.

Dari hasil pemeriksaan terungkap, Nisa tidak sendiri. Dua rekan kerjanya di Bank Bukopin Cabang Banjarmasin, Johni Susanto dan Laela Najamiah, juga dijadikan tersangka. Keduanya dituding berkomplot dengan Nisa. Johni ikut mencairkan dana nasabah tanpa sepengetahuan pemiliknya atas perintah Nisa. Sedangkan Laela, menggaet empat nasabah korban mereka. Kini ketiganya mendekam di sel tahanan Mapolda Kalsel.

Penipuan berkedok investasi, seperti aksi komplotan Nisa Cs ini, bukan kali pertama di Banjarmasin. Sekitar 2003, puluhan orang tertipu investasi bisnis voucher telepon seluler. Saorang pelakunya, dikenal dengan nama Jimmy Voucher, yang akhirnya menjalani hukuman penjara dan kini telah bebas. Saat itu, yang menjadi korbannya mencapai puluhan orang dengan kerugian milyaran rupiah.

Belakang, bersamaan tenggelamnya kasus voucher, di Banjarmasin marak investasi ditawarkan. Namun sejauh ini, baru investasi a la Nisa Cs yang terkuak berkedok penipuan. Bisnis ini memang menggiurkan, karena mereka yang menjajakan selalu menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit.

Namun, kata pengamat ekonomi madya Bank Indonesia (BI) Banjarmasin, Taufik Saleh, masyarakat wajib waspada sebelum berinvestasi agar tidak menjadi korban penipuan. “Sebelum berinvestasi, pastikan lebih dulu. Ada investasi yang memang berrisiko tinggi. Ini untung yang didapat bisa jadi besar, tapi kalau merugi juga besar. Ada juga yang minim risiko, artinya hasil yang didapat tidak besar. Tapi risikonya pun kecil,” kata Taufik, Rabu pekan lalu.

Untuk kasus Nisa Cs, menurut Taufik, pihaknya sudah mendapat laporan dari Bank Bukopin, bahwa kasus ini tidak ada kaitannya dengan manajemen bank itu. Namun pihaknya tetap melakukan pengawasan terhadap bank ini. Begitu juga dengan kasus yang melibatkan oknum pegawai bank itu. “Pengawasannya masih seperti biasa. Karena ada atau tidak kasus, semua bank diawasi BI,” ujarnya.

Menurut Taufik, untuk kasus dugaan penipuan ini, pihaknya menunggu hasil penyelidikan polisi. Alasannya menghormati proses hukum yang sedang berlangsung. Nantinya, apabila dari hasil pemeriksaan ada dugaan keterlibatan manajem bank itu, barulah pihaknya melakukan tindakan.

Dir Reskrim Polda Kalsel, Kombes Pol Mahfud Ariffin, mengatakan, meski telah menetapkan tiga tersangka, namun polisi masih terus meminta keterangan sejumlah saksi yang diduga mengetahui kasus ini. Termasuk pemeriksaan terhadap Kepala Cabang Bank Bukopin Banjarmasin. Sejumlah karyawan di bank itu, juga dimintai keterangan.

Dari hasil pemeriksaan, polisi melacak Nisa membeli sejumlah. Seperti mobil, rumah toko (ruko), rumah serta perhiasan yang harganya mencapai Rp70 juta. Informasi lainnya, Nisa mengalihkan sejumlah hartanya kepada orang lain dihadapan notaris, sebelum dirinya dilaporkan ke Mapolda Kalsel.

Kuasa hukum Bank Bukopin Banjarmasin, Masdari Tasmin, mengatakan, kasus dugaan penipuan ini tidak melibatkan kliennya. Sehingga, saat ini pihaknya tidak merasa perlu bertanggungjawab kepada mereka yang mengaku menjadi korban. Namun, kata Masdari, pihaknya tidak menghalangi korban yang merasa dirugikan menempuh jalur hukum. ``Direksi dari pusat sudah datang untuk memeriksa. Jadi kita tunggu perkembangan selanjutnya,’’ kata Masdari.


***

Menipu. Begitu jawaban Nisa, ketika ditanya kenapa ia ditangkap polisi. Seingatnya, ada 40-an nasabah yang menjadi korbannya, dengan kerugian mencapai Rp15 milyar. Sedangkan polisi memperkirakan, Nisa dan kawanannya untung lebih dari Rp50 milyar.

Di bank tempatnya bekerja selama 13 tahun, Nisa menjabat coordinator funding. Berbekal jabatan itu, ia mencari nasabah untuk banknya. Tapi sebagian, ia tawari investasi usaha dengan iming-iming fee sebesar delapan persen hingga 10 persen sesuai uang yang ditanamkan, dalam jangka waktu bervariasi, tujuh sampai 15 hari.

Tapi sampai jatuh tempo, para korban tak mendapat fee yang dijanjikan. Sebagian sempat diberi cek, namun ketika dicairkan ternyata kosong. Malahan, ada korban yang belum sepakat berinvestasi, tapi uangnya raib digondol komplotan ini. Selain menipu, dalam aksinya komplotan ini memanfaatkan wewenang. Misalnya, berkomplot menarik uang tanpa sepengetahuan nasabah pemilik rekening.

Menurut Nisa, aksinya tidak melibatkan manajemen Bank Bukopin. Tapi ia mengakui setiap kali beraksi mencatut nama bank tempatnya bekerja. Selama beraksi, menurut Nisa, hanya mereka bertiga yang berkomplot. Tidak ada orang lain dalam kasus ini. Meski demikian, polisi tetap mencari tahu kemungkinan adanya kecurigaan orang lain dalam kasus ini, termasuk orang dalam bank itu.

Menurut Nisa, ia sudah tiga tahun beroperasi. Sedangkan para korban, tidak semuanya nasabah Bank Bukopin. Di awal, nasabahnya memang mendapat fee yang dijanjikan. Tapi bukan dari hasil usaha sembilan bahan pokok (sembako) yang dijalankannya, melainkan uang nasabah baru yang dijadikan fee untuk korban yang lebih dulu menamamkan modal. “Semuanya gali lubang tutup lubang,” kata Nisa.

Menurut Johni, seorang tersangka lainnya, dari semua korban penipuan kasus, ia hanya menangangi satu orang, Ahmad Yani. Itu pun atas keinginan Nisa yang meminta uang direkening Ahmad Yani ditarik. Untuk aksi ini, ia diupah Rp10 juta. “Saya cuma satu itu saja, yang lainnya saya tidak tahu,” kata Johni, yang mengaku stres karena terseret kasus ini.

Sedangkan Laela, tidak mau berkomentar sedikit pun. Ia hanya duduk sambil terus menundukkan kepala dan menitikkan air mata, ketika ketiganya ditemui di ruang Kasat II Bidang Ekonomi Khusus (Eksus) Dit Reskrim Polda Kalsel, AKBP Helfi Assegaf, Selasa pekan lalu. Rupanya, diamnya Nisa berarti lindapnya dana.

***

Antara Nisa dan Jimmy

Berkulit putih dengan tinggi badan sekitar 160-an centimeter. Wajahnya oriental dengan bentuk mata yang agak sipit. Rambut hitam sebahu diikat dengan poni menyamping. Begitulah paras dan penampilan Nisa, ketika ditemui di ruang Kasat II Eksus Dit Reskrim Polda Kalsel, AKBP Helfi Asseegaf. Wajahnya nampak pucat dengan mata sedikit lebam sisa linangan air.

Mengenakan baju seragam biru tahanan Polda Kalsel yang di bagian kiri depan bertuliskan 06, melapisi kemeja bermotif garis-garis miliknya, ia duduk di satu kursi tamu yang ada di ruangan di lantai II Gedung Direktorat Reskrim Polda Kalsel itu. Dengan suara pelan namun terdengar jelas, ia menjawab berbagai pertanyaan wartawan yang menemuinya pada Selasa (27/7).

Dua pekan terakhir, namanya banyak disebut-sebut. Bahkan polisi sempat memburunya. Sebelum akhirnya ia ditangkap di tempat persembunyian, beberapa hari setelah ada orang yang mengaku menjadi korban penipuannya dan lapor ke polisi. Setelah ditangkap dan kemudian menjalani pemeriksaan, ia dijadikan tersangka kasus dugaa penipuan dan penggelapan.

Penangkapan ini seolah menjadi akhir dari petualang penipuan berkedok investasi yang dilakoni Nisa sejak tiga tahun lalu. Bersamaan dengan ditangkapnya Nisa, bermunculan orang-orang yang mengaku sebagai korbannya yang diperkirakan mencapai 70-orang dengan kerugian beragam. Totalnya diperkirakan mencapai dua ratusan milyaran rupiah.

Di kasus ini, Nisa memang tidak sendiri. Dua rekannya di Bank Bukopin cabang Banjarmasin, juga turut dijadikan tersangka. Bantuan dua temannya ini, ditengarai memuluskan aksi penipuan yang dilakukan Nisa selama ini. Selain itu, pengalaman bekerja selama 13 tahun di bank dan beberapa prestasi dari tempatnya bekerja, membuat para korbannya tergiur janji manisnya.

Menurut Adwin Tista, kuasa hukum dari lima orang yang mengaku korban penipuan ini, kliennya punya kesan yang baik di awal perkenalan mereka dengan Nisa, sebelum akhirnya sadar menjadi korban penipuan perempuan 36 tahun ini. Tadinya, Nisa dikenal sebagai sosok yang ramah dan tidak disangka bakal berbuat jahat.

Dari cerita seorang kliennya yang bekerja satu kantor dengan tersangka, kata Adwin, Nisa merupakan pegawai berprestasi dengan karir yang baik. Jabatan terakhirnya, manajer di bagian kredit bank itu. Bahkan, saat duduk di bangku kuliah, Sarjana Pertanian lulusan Fakultas Pertanian Unlam Angkatan 1991, dikenal sebagai mahasiswi berprestasi.

Anak perempuan dari enam bersaudara ini, menikah dengan Aris yang kini menghilang bersama dua anaknya. Suami Nisa, juga seorang pegawai bank. Dulunya, ia bekerja di BCA dan terakhir diketahui sebagai pegawai di Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Menurut Adwin, kliennya tertarik dengan investasi yang ditawarkan, karena saat menawarkan, Nisa cukup meyakinkan. Kala itu, Nisa mengaku punya delivery order (DO) usaha beras dari Bulog. Lembaran DO itu selalu diperlihatkan Nisa, ketika ia menawarkan nasabahnya untuk menanamkan uang. Di tambah iming-iming mendapat fee dengan jangka waktu satu dan dua pekan, membuat klien Adwin tertarik untuk berinvestasi.

Di awal investasi, kata Adwin, para kliennya memang mendapatkan fee yang dijanjikan. Ini membuat kliennya semakin percaya. Bahkan ada yang menambah investasi mereka, dengan cara menyetorkan fee yang didapat sebagai pokok dari investasi. Karena manis di awal ini, sehingga banyak yang mengalami kerugian. Beberapa korban, menjadikan fee yang diberikan Nisa sebagai investasi tambahan. Celaka, beberapa bulan terakhir, fee yang dijanjikan Nisa tak kunjung diberikan. Malahan, kata Adwin, beberapa korban belum pernah sama sekali mendapatkan fee.

Kesan baik kala berhubungan dengan Nisa, juga pernah dirasakan Faisal, seorang warga Banjarmasin yang pernah mengajukan kredit kepemilikan rumah di bank tempat Nisa bekerja. “Orangnya ramah dan mau membantu,” kata Faisal kepada URBANA, Kamis (29/7).
Menurut Faisal, ia tidak menyangka kalau Nisa bisa terjerat kasus penipuan dan pengelapan dengan korban puluhan orang menjadi korbannya ini. Karena, saat mengenal Nisa, tidak ada terbesit kesan yang mencurigakan terhadap perempuan ini.

***

Kehebohan kasus Nisa ini, mengingatkan dengan sosok Azmy Taufany alias Jimmy Voucher, seorang mantan terpidana kasus penipuan berkedok bisnis voucher pulsa telepon seluler di Banjarmasin sekitar 2002-2003. Kala itu, Jimmy terbukti salah menipu para korbannya dengan total kerugian hingga Rp34,4 milyar. Akibat perbuatannya itu, Jimmy akhirnya harus mendekam empat tahun dipenjara setelah dinyatakan terbukti bersalah.

Jimmy diadili lantaran membawa kabur uang para korbannya dalam usaha bisnis voucher simPATI fiktif. Total investasi uang dari para korbannya, sekitar Rp34,4 M. Jumlah uang itu diperoleh Jimmy dari 43 korbannya yang tertarik dan menyerahkan uangnya sebagai dana insvestasi atau modal bisnis voucher. Dua nama lainnya dalam kasus serupa dengan Jimmy, adalah Rizani dan Erni Sulistiawati.

Dua kasus ini, yang dilakukan Nisa dan Jimmy, nyaris punya kesamaan. Yaitu penipuan berkedok inevstasi. Selain itu, Jimmy punya kaki tangan yang dikenal dengan sebutan supir. Tugasnya menghimpun dana orang-orang yang berminat investasi di bisnis voucher. Sedangkan Nisa, meski hanya satu orang, juga punya orang yang membantunya mencari nasabah. Ini dilakukan Laela yang juga rekan kerja Nisa di kantor mereka. Laela sempat menggaet empat orang nasabah yang akhirnya menjadi korban.

Kesamaan lainnya, iming-iming fee yang menggiurkan dan lancar di awal, membuat para korban dua kasus penipuan ini bertambah banyak. Ditengarai, sama dengan yang dilakukan Jimmy, Nisa pun akhirnya menutup janji fee kepada korbannya, dari uang nasabah yang baru bergabung dengannya. Itu terus dilakukan berulang-ulang, karena usaha yang mereka andalkan, Jimmy dengan pengadaan voucher-nya dan Nisa dengan usaha berasnya, memang fiktif belaka. Akibatnya, lambat laun mereka kehabisan uang untuk dijadikan fee pembayaran keuntungan kepada para nasabah. Hingga akhirnya, kerajaan bisnis yang mereka bangun, luluh lantak seiring laporan para korban ke polisi.

Minggu, 26 Juli 2009

Segala Rupa Manusia Berkumpul

Dunia maya. Curahan hati sampai kopi darat. Banyak ide dan inspirasi, bisa menghasilkan uang.

Oleh : Deny M Yunus

Dua foto dari wajah yang sama seorang perempuan berkulit putih terpampang di sisi kiri banner sebuah blog. Di sisi kanan tertulis Chesya Rindu, menyembul dari latar berwarna merah dengan nuansa kuning, berbentuk melingkar meruncing ke bawah. Persis di bawah nama berhuruf warna merah muda ini, ada kata-kata, Uch…Seru…!!!

Rindu Suciningrum Tarunanegara, begitu nama si pemilik blog itu. Di blog miliknya itu, gadis yang biasa disapa Chesya atau Rindu Chesya ini, banyak memajang tulisannya. Tentang banyak hal, termasuk curahan hati. Selain berbagi tips, juga tentang banyak hal, menurut versinya.

Chesya mengenal internet sejak duduk di bangku sekolah dasar. Tapi kala itu belum punya minat dengan dunia ini. Ketidakminatannya ini berlanjut hingga menjadi mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Banjarmasin. Padahal, banyak temannya kerap minta kepadanya alamat email atau akun friendster.com (FS).

Kala itu, sekitar tahun 2004, saat FS sedang ngetop-ngetop-nya. Alhasil, karena tidak punya alamat email dan akun FS, setiap kali ada yang menanyakan, ia selalu mengalihkan pembicaraan. Takut dibilang gagap teknologi, karena gengsi ia mencoba mengenal internet.

Awalnya, ia minta tolong temannya dibuatkan email. Tapi karena lama tidak diutak-atik, alamat email itu tidak bisa lagi digunakan. Kemudian dengan pengetahuan seadanya, ia belajar membuat email dan bisa. Dilanjutkan membuat akun FS dan blog yang disediakan layanan jaringan sosial ini.

Di blog pertamanya ini, ia banyak memajang tulisannya. Ternyata banyak teman yang menyukai tulisannya, sehingga membuatnya bangga dan bertambah semangat menggiati blog. Kini ia punya empat blog pribadi. Tapi karena kesibukan, hanya satu yang betul-betul diurusinya, chesya31.wordpress.com

Menurut Chesya, di blog miliknya, ia lebih suka memajang karyanya, termasuk tulisan. Tapi, ia kini memajang sebuah cerita pendek milik orang lain di sebuah blog miliknya. Alasannya, cerpen berjudul “Karena Gue Gemini” itu sangat bagus dan banyak kesamaan dengan dirinya.

Jadi penggiat dan memiliki blog, menurutnya banyak manfaat. Dengan blog, ia mengasah bakat menulis, menumpahkan ide-ide, menghilangkan stres dan mengisi waktu luang. Serta, blog membuatnya banyak memiliki teman. Bagi orang lain yang mengunjungi blognya, kata Chesya, bisa dapat pengetahuan baru, terhibur karena tulisan-tulisannya mewakili perasaan mereka. Kemudian dapat tips bermanfaat.

“Kata sebagian dari mereka, setelah baca tulisan-tulisanku, mereka dapat inspirasi baru. Misalnya, menggunakan kata-kata puitis karya aku untuk pasangan mereka,” ujar Chesya.

Meski mengaku senang memiliki blog, Chesya kadang merasa kerepotan. Salah satunya karena banyaknya komentar terhadap tulisan. Ini membuatnya merasa kewalahan menjawab. Tapi ia tetap berusaha menikmati itu semua.

***

Blog merupakan singkatan dari weblog. Blog adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan yang dimuat sebagai posting pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut terbalik, isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama, meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini, biasanya bisa diakses semua pengguna internet, sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut. (wikipedia.org).

***

Dulu, orang berkomunikasi dari mulut ke mulut, kemudian berkembang menggunakan kertas, dan selanjutnya ada alternatif lain yaitu mengunakan media, baik cetak maupun eletronik. Sekarang, alternatif berkomunikasi bertambah seiring perkembangan teknologi internet.

Internet menjelma menjadi media baru untuk memasarkan apapun yang diinginkan. Dari promosi barang hingga ide. Seiring itu, berkembang pula blog. Ada banyak penyedia layanan blog gratis. Pembuatannya terbilang mudah. Cukup mengisi aplikasi pendaftaran dan mengikuti petunjuk selanjutnya, seseorang bisa memiliki blog pribadi. Dengan blog, pemilik bisa memajang tulisan, foto, video dan banyak hal lain miliknya atau orang lain.

Kini, banyak blogger yang membentuk komunitas. Seperti sekumpulan blogger di Banjarmasin dan Banjarbaru yang membentuk Komunitas Kayuh Baimbai (KKB) dengan blog mereka, kayuhbaimbai.org.

Menurut ketuanya, Harie Insani Putra, komunitas yang dibentuk sejak 20 Januari 2008 ini, kini sudah memiliki sekitar 80-an anggota. Itu tidak termasuk blogger yang ingin bergabung namun belum sempat kopi darat (kopdar) atau berkumpul, sebagai salah satu syarat keanggotaan. Setiap mereka yang ingin bergabung di komunitas ini, wajib untuk kopdar. Kalau tidak belum diresmikan jadi anggota.

Menurutnya, kopdar rutin dilakukan komunitas satu kali dalam sebulan. Kegiatan ini supaya lebih saling memahami aturan main menjadi blogger agar tidak berdampak negatif ke masyarakat luas, dan ajang mempererat persaudaraan.
“Minimal satu kali harus pernah mengikuti. Ini agar pengurus dan anggota lainnya, mengetahui calon anggota itu,” kata Harie.

Menurut Harie, pembentukan komunitas ini bertujuan memudahkan komunikasi blogger di Kalsel, untuk memasyarakatkan penggunaaan blog ke masyarakat. Selain itu, juga bertujuan menepis pandangan salah masyarakat terhadap internet, sebagai media berdampak negatif. Seperti pornografi, pembajakan hak cipta, hingga membuat kecanduan game on-line. “Karena dampak positif internet justru lebih besar dibanding negatifnya,” kataHarie.

Bahkan, ujar Harie, dengan blog bisa menghasilkan uang. Memang untuk menghasilkan uang melalui blog atau internet, perlu kesabaran dan banyak mencoba, seperti yang dilakukannya. Ia hingga kini bisa menghasilkan uang dari aktivitasnya s ebagai penggiat blogger.

Namun, kegiatan menghasilkan uang ini, tidak diagendakan khusus dalam KKB. Tapi, secara personal, Harie mengaku, selalu berbagi pengetahuan bagaimana menghasilkan uang dari kegiatan ini. Misalnya, saat bertemu kopdar atau melalui hubungan di dunia maya.

Sebagai komunitas pertama yang terbentuk di Kalsel dan kini punya dua sub komunitas, selain manfaat personal, dengan blog dan komunitasnya, para blogger di KKB, juga ingin berpartisipasi mengenalkan banua ini ke masyarakat luas. Baik keanekaragaman pariswisatanya, budaya dan potensi yang dimiliki.

Kamis, 23 Juli 2009

Di Simpang Raya Korban Berjatuhan

Lima orang diduga. Karyawan sebuah rumah makan. Patut waspada.

Oleh : Deny M Yunus

Pengunjung, pasien, petugas medis dan karyawan RSUD Ulin Banjarmasin, mendadak mengenakan masker menutup hidung dan mulut mereka. Itu mereka lakukan dengan alasan takut tertular penyakit mematikan, flu babi (swine flu) atau H1N1. Penyakit ini memang diketahui bisa menular melalui udara atau pernafasan.

Hari itu, Kamis (23/7) sekitar pukul 15.00 Wita, petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel dan Kota Banjarmasin, membawa lima orang yang diduga menderita penyakit ini. Kelimanya, Yudi (20), Jajang Sofian (19), Asep (21), Hendra (21), dan Irfan (16), merupakan pelayan di Rumah Makan (RM) Simpang Raya, di Jalan Gatot Subroto No 87 B, Banjarmasin Timur.

Kelimanya kemudian dirawat di ruang Isolasi Bougenvil, yang khusus disediakan rumah sakit itu untuk menangani pasien flu babi. Sebelumnya, keempat kamar di ruangan itu disiapkan untuk isolasi pasien flu burung. Namun hingga meredanya wabah flu burung, tak ada satu pun pasien yang dirawat di ruangan itu. Ruangan itu fungsi awalnya untuk pasien kanker.

Kepala Seksi Humas dan Informasi RSUD Ulin Banjarmasin, HM Yusuf, membenarkan adanya lima orang yang dirawat dengan dugaan mengidap penyakit flu babi. Kasus ini yang pertama kali ditangani oleh pihaknya, sejak wabah flu babi santer terdengar. Pasca mewabahnya penyakit ini, RSUD Ulin Banjarmasin dan RSUD Boejasin, Pelaihari, Tanah Laut (Tala), dijadikan rumah sakit rujukan di Kalsel untuk menangani pasien flu babi.

Menurut Yusuf, pihaknya sudah siap apabila ada pasien yang diduga mengidap flu babi. Selain kesiapan ruang isolasi, petugas medis dan juga dokter di rumah sakit itu, sudah mengikuti pelatihan penangan penyakit ini. “Kami juga menyiapkan incubator untuk pasien anak-anak,” kata Yusuf.

Soal biaya perawatan, ujar Yusuf, karena ini wabah flu babi masuk menjadi KLB, maka semua biaya ditanggung pemerintah. Untuk penanganan wabah ini, pemerintah melalaui Departemen Kesehatan menganggarkan dana sebesar Rp40 milyar.

Menurut Yusuf, kelimanya saat itu masih dalam status dugaan, belum dinyatakan positif mengidap flu babi. Mereka sengaja dijemput oleh tim Dinkes Kalsel dan Kota Banjarmasin, guna menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP) penanganan penyakit ini. “Ini sebagai upaya pencegahan. Kita berharap hasil pemeriksaan negatif,” kata Yusuf kepada URBANA.

Petugas medis penangan penyakit flu babi RSUD Ulin Banjarmasin, H Abidin, mengatakan, sejak dijemput petugas gabungan Dinkes Kalsel dan Kota Banjarmasin, kondisi fisik kelima orang yang diduga terjangkit flu babi, terlihat seperti orang sehat. Karena kelimanya, menderita flu berat beberapa hari sebelum dijemput petugas dari tempat mereka bekerja yang sekaligus mess mereka.

Awalnya saat menderita flu, kata Abidini, mereka mengamali gejala flu babi. Yaitu, demam tinggi antara 38-39 derajat celcius, nyeri otot, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan. Diperkirakan, petugas medis Dinkes Kalsel, mengetahui dari klinik tempat kelimanya berobat. Lantas, pada Kamis (23/7), kelimanya dijemput ke RSUD Ulin untuk menjalani perawatan dan pemeriksaan, hasilnya memang ada dugaan ke arah mengidap flu babi.

Seorang yang diduga mengidap flu babi ini, Irfan, mengatakan, ia sebelumnya memang menderita flu. Namun setelah berobat, kondisi kesehatannya sudah membaik. Bahkan, ia sudah mulai beraktifitas normal, menjadi pelayan di rumah makan tempat kerjanya. Begitu pula dengan keempat temannya yang sama-sama dirawat di ruang isolasi bersamanya.

Diakui Irfan, ia dengan keempat temannya memang dijemput dari tempat mereka bekerja oleh tim Dinkes Kalsel dan Kota Banjarmasin. Mereka tidak menolak dibawa, karena tim memberi penjelasan, tindakan ini sebagai upaya pencegahan kekhawatiran penularan ke orang lain.

“Saya sebenarnya merasa sudah sehat. Tapi tim medis menjemput, ya kami ikut saja,” katanya ditemui di ruang isolasi Bougenvil RSUD Ulin Banjarmasin, tempat ia dan keempat temannya yang lain.

Nuzul, pengelola RM Simpang Raya, membenarkan, lima karyawan rumah makan itu dijemput tim medis dan kemudian menjalani perawatan di RSUD Ulin Banjarmasin. Namun, ia mengaku tidak mengetahui pasti alasan kelima karyawan itu menjalani pemeriksaan di rumah sakit itu. “Mereka (tim penjemput), cuma bilang ini untuk pemeriksaan dan pencegahan,” kata Nuzul.

Menurut Nuzul, kelima karyawan itu diketahuinya memang sempat menderita flu. Namun setelah menjalani pengobatan, kelimanya sembuh dan sudah bisa beraktifitas normal. Begitu pula ketika tim datang menjemput mereka.

Meski lima pelayannya diduga mengidap flu babi, kata Nuzul, rumah makan yang dikelolanya tetap beroperasi normal. Ia berharap pelanggan tidak terganggu dengan hal ini. Harapannya itu dengan alasan, kelima karyawannya hanya diduga dan perlu pemeriksaan lebih lanjut sehingga diisolasi, belum dipastikan positif. Pihaknya pun terus waspada, termasuk salah satunya tidak menghalangi tim medis melakukan pemeriksaan kepada kelima karyawan itu.

***

Flu babi sebenarnya merupakan penyakit influenza yang disebabkan virus influenza A subtipe H1N1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, beberapa kasus flu babi yang muncul di Meksiko, merupakan strain baru virus H1N1 yang belum pernah ditemukan. Meski namanya flu babi, namun strain baru ini belum pernah ditemukan pada babi. Ancaman penyakit ini justru pada transmisi dari orang ke orang.

Virus strain baru flu babi ini memang bisa mematikan. Apalagi virus baru ini, bisa menyebar dengan cepat. Sebabnya, tak seorang pun punya kekebalan alami terhadap virus ini. Namun ada beberapa langkah yang bisa dilakukan mencegah penularan flu babi.

Badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan beberapa tips. Pertama, tutupi hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk atau bersin. Dan buang tisu itu ke kotak sampah.

Berikutnya, sering-seringlah mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, khususnya usai batuk atau bersin. Pembersih tangan berbasis alkohol juga efektif digunakan. Kemudian, jangan menyentuh mulut, hidung atau mulut dengan tangan.

Selanjutnya hindari kontak atau berdekatan dengan orang yang flu. Sebab influenza umumnya menyebar melalui batuk atau bersin penderita. Jika sedang sakit flu, CDC menyarankan jangan masuk kerja atau sekolah, dan beristirahat di rumah.

Minggu, 19 Juli 2009

Obat Batuk Pencabut Nyawa

Dijual bebas. Seharga Rp100 per butir. Mabuk hingga tewas.


Oleh : Deny M Yunus


Dengan langkah gontai tanpa perlawanan, Ikhsan, takluk digiring petugas kepolisian dari sebuah diskotik di Banjarmasin. Malam itu, pemuda 23 tahun ini, digelandang petugas yang menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat), karena kedapatan mengantongi pil mencurigakan di saku celananya.



Belakangan, usai diamankan semalam di kantor polisi, ia diperbolehkan pulang. Alasannya, pil yang mencurigakan itu ternyata obat batu Dextro Methorpan (DMP) atau yang lebih dikenal pil Dextro. Sesuai aturan, meski bisa bikin pemakainnya fly karena mengkonsumsi terlalu banyak, pengguna pil ini tidak bisa dijerat hukuman.


Dextro merupakan obat peringan gejala batuk kering yang dijual bebas. Sesuai kode warna dalam kemasannya, lingkaran berwarna biru yang artinya bukan obat keras yang dijual bebas tanpa harus resep dokter, sehingga bisa mudah didapatkan, tak hanya di apotek, tapi juga di kios obat pinggir jalan.


Obat batuk yang harganya relatif murah ini, Rp100 per butir, kerap disalahgunakan pemakainya. Cukup dengan menenggak 10 butir atau membeli seharga Rp1.000, di banyak kios obat kaki lima, pemakainya bisa mabuk dengan biaya murah.


***


Menenggak Dextro tak sesuai aturan pakai, selain membuat pemakainya bisa hilang kesadaran alias teler, juga dapat membahayakan nyawa. Dua bulan terakhir, dua remaja di Balangan meregang nyawa. Kuat dugaan, keduanya tewas akibat overdosis usai menenggak Dextro.


Korban tewas, Saddam (19) warga Kecamatan Awayan, tewas dalam perjalanan ke UGD RS Balangan, Selasa (9/6). Sedangkan adiknya, Haris terpaksa menjalani perawatan medis. Sebelumnya, Rabu (20/5), Abi (16) ditemukan tewas di Padang Raya, Kecamatan Halong, juga diduga akibat over dosis Dextro.


Sementara pada Sabtu (16/5), warga Desa Pangelak, Kecamatan Upau, Tabalong, digegerkan penemuan seorang anak baru gede (ABG) berusia 14 tahun yang tewas di sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) setempat.


Hero Hertevin, ABG yang tewas itu, diduga akibat mengkonsumsi Dextro sebanyak 80 tablet. Karena terlalu banyak menelan obat batuk itu, nyawanya melayang. Tubuh Hero ditemukan terbujur kaku di atas meja belajar TK itu dengan mata terbelalak, sekitar pukul 08.00 Wita. Dari mulutnya keluar cairan yang diduga akibat pengaruh obat tersebut.


Dari keterangan saksi yang dihimpun polisi yang menangani kasus ini, korban pada malam hari sebelum ditemukan tewas, menenggak 80 butir Dextro.


Menurut seorang teman korban, saksi dalam kasus ini, Hero sudah terbiasa mengkonsumsi obat yang membuatnya tewas itu. Diduga, karena sudah terbiasa, korban berani mencoba menenggak banyak pil itu.

Awalnya, korban diketahui menenggak 70 butir saat asyik bermain playstation (PS) dekat rumahnya. Seusai bermain PS, korban bersama dua temannya, ke daerah Kinarum menggunakan sebuah sepeda motor. Saat di sana korban kembali menelan 10 butir Dextro.


Diperkirakan, karena terlalu banyaknya menenggak pil itu, korban lunglai tak berdaya dan mengalami gangguan pernafasan. Hal itu terjadi, saat korban duduk di tengah diantar temannya yang berboncengan tiga orang dengan satu sepeda motor. Beberapa kali kaki Hero terkena aspal jalanan hingga lecet.


Karena bingung dan takut membawa pulang ke rumah, dua teman Hero membawanya ke bangunan TK. Kemudian tubuh Hero direbahkan di atas meja belajar TK itu, yang akhirnya tak bernyawa.


***


Menurut Jali, bukan nama sebenarnya, penjual obat kaki lima di Pasar Harum Manis, pembeli Dextro rata-rata para ABG. Namun tak sedikit pula pria dewasa. “Katanya, Dextro juga bisa dijadikan obat untuk kuat “gituan”,” katanya kepada URBANA, Rabu (15/6) malam.


Berjualan Dextro, kata Jali, tidak ada larangangnya. Alasannya Dextro merupakan obat yang dijual bebas. Bukan obat keras yang harus dibeli dengan resep dokter. Diakuinya, dia mengetahui pil ini kerap disalahgunakan. Khususnya oleh orang-orang yang ingin mabuk. “Sebetulnya, sama saja dengan obat lain. Kalau dikonsumsi tidak sesuai aturan, apalagi dalam jumlah banyak, juga bisa bikin teler,” ujarnya.


Menurutnya, Dextro banyak dipilih dan disalahgunakan, karena harganya relatif murah, Rp100 per butir. Biasanya, pelanggan membeli minimal 10 butir atau Rp1.000 sekali beli.

Selain Dextro, katanya, banyak lagi obat-obatan yang bisa disalahgunakan. Tapi harganya relatif lebih mahal, sehingga kurang peminat. Untuk Dextro, sekitar dua pekan, dia bisa menjual satu toples berisi 1.000 butir.


Sama dengan obat-obatan lainnya, Dextro biasanya dibelinya dari distributor obat di Pasar Cempaka. Itupun diperdagangkan secara bebas tanpa harus ada ijin atau resep dari dokter.



Menurutnya, sesuai aturan pakai, untuk menghilangkan gejala batuk, Dextro bisa dikonsumsi tiga butir sehari sekali minum. Selain menghilangkan gejala batuk, obat ini juga bisa dikonsumsi perokok, untuk menghilangkan dahak. Selama berjualan obat ini, Jali tidak pernah berurusan dengan hukum. Sepengetahuannya, tidak ada larangan untuk memperjualbelikan obat ini, karena merupakan obat bebas.


Menanggapi hal ini, Direktur Akademi Farmasi Ikatan Sarjana Farmasin Indonesia (ISFI) Banjarmasin, Yugo Susanto, menyatakan, pemerintah harus membuat aturan tentang peredaran obat ini.


Menurutnya, Dextro merupakan jenis obat-obatan yang masuk dalam kategori narkotika Golongan III. Namun karena bukan obat keras, maka dijual bebas, sesuai kategori logo warna dikemasannya, plat biru.


Zat yang terkandung dalam obat ini, mirip Codein yang juga kerap disalahgunakan pemakaiannya, dan masuk kategori dengan sebutan jalanannya pil koplo. Berbeda dengan Dextro, Codein merupakan obat kerap yang dijual terbatas. Hasru menggunakan resep dokter.


Kedua obat ini, bisa digunakan untuk menyembuhkan batuk kering. Keduanya bekerja menghambat langsung pusat batuk di otak. Tapi tidak untuk batuk berdahak, karena obat ini menghambat refleks batuk oleh otak yang mengakibatkan lender tertahan dan berkumpul menutupi saluran pernafasan, sehingga menyebabkan sesak.


Codein merupakan alkaloid yang ditemukan dalam opium. Meskipun codein bisa diekstrak dari opium, sebagian besar disintesa dari morfin melalui proses O-methylation. Makanya obat ini masuk dalam kategori obat keras.


Untuk Dextro yang digunakan dalam dosis berlebih atau tinggi, kata Yugo, bisa menyebabkan gangguan pada syaraf penggunanya. Apalagi dalam jangka waktu lama. Efek berbahayanya, obat ini bisa menggangu pernafasan penggunanya.


Sedangkan efek jangka pendeknya, apabila dikonsumsi berlebih tidak seuai aturan, bisa menyebabkan halusinasi atau mempengaruhi kesadaran. Obat ini juga punya sifat adiktif atau kecanduan bagi penggunanya. Yang pasti, jangka panjang atau pendek, Dextro telah membuat nyawa melayang.