Sabtu, 14 Maret 2009

Hore…Musim Bermain Layang-Layang Telah Tiba

Tarik-tarik, ulur-ulur.Terbanglah tinggi layang-layangku. Siapa kuat dia bertahan. Gulung.

Deny M Yunus
Banjarmasin


Dengan cekatan, tangan kanan seorang bocah laki-laki menarik dan mengulur helai benang, yang di satu sisi ujungnya, terikat dengan layang-layang yang coba diterbangkannya. 

Sesekali Nugi, begitu si bocah laki-laki berusia 10 tahun itu akrab di sapa teman-temannya, menarik kencang benang yang di apit jari telunjuk dan jempolnya. Lalu diulurnya, mengikuti gerak angin yang membawa layang-layangnya terbang tinggi. 

Layang-layang itu pun akhirnya terbang tinggi. Senyum sang bocah pun merekah, sambil merapikan gulungan benang di tangan kirinya. Sementara matanya melirik layang-layang lain di atas udara, mencari musuh sepadan untuk dihadapi.

Bagi Nugi dan teman-temannya, betegangan atau mengadu layang-layang bagian paling seru. Walau tak jarang mereka harus kehilangan layang-layang mereka, karena putus akibat kalah adu kuat benang dengan yang lain.

Layang-layang, kelayangan atau layangan, merupakan lembaran bahan tipis, biasanya dari kertas atau plastik, berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan tali atau benang ke daratan sebagai pengendali. 

Menurut Niki, penjual mainan di Pasar A Yani, Jl Veteran, Banjarmasin Timur, sudah tiga hari terakhir ini dia berjualan layang-layang. Mulai dari harga Rp500, Rp1.000 hingga Rp2.000. 

Selain itu, Niki juga berjualan benang untuk bermain layang-layang. Harganya, mulai dari Rp1.000, Rp2.000,Rp4.000 sampai dengan Rp10.000. ”Mereknya macam-macam. Tap harganya tergantung besar gulungan atau panjang benang, bukan merek,” kata Niki, ditemui Jumat (13/3).

Berbeda dengan belasan tahun silam, biasanya mereka yang ingin memainkan permainan ini, membuat sendiri layang-layang mereka. Begitu pula dengan benangnya, kalau ingin mengadu layang-layang mereka.

Untuk membuat benang gelasan, perlu waktu sekitar empat jam lamanya. Bahannya, benang biasa, cairan campuran beling yang ditumbuk halus dan kanji sebagai perekat.

Setelah direndam, benang kemudian dijemur hingga kering dan merata. Dengan benang gelasan ini dapat memotong benang lawan. Bahayanya, benang gelasan bisa mengakibatkan luka. Selain itu, bila tersangkut pada kabel listrik, bisa mengakibatkan putusnya kabel listrik dan pemegangnya terkena sengatan. 

Menurut Niki, sekarang sudah tidak ada lagi orang yang membuat benang gelasan sendiri. Karena banyak memilih cara praktis dengan membeli benang gelsan yang sudah jadi. Apalagi harganya juga relatif murah.

Musim bermain layang-layang, kata Niki, biasanya saat memasuki musim kemarau. Tapi karena sekarang cuaca tidak menentu, bermain layang-layang tak lagi berpatokan musiman cuaca. ”Kalau ada yang mulai, ya nantinya pasti bakal ramai. Memang lebih banyak, ketika hujan sudah mulai jarang turun, seperti sekarang,” kata Niki.

Nantinya, kata Niki, musim bermain layang-layang ini habis dengan sendirinya. Biasanya kalau sudah ramai orang bermain layang-layang, keresahan pun bermunculan. Misalnya, pengendara yang jadi korban benang layang-layang. Saat itulah, keluhan bermunculan dan banyak orangtua yang menegur anak-anaknya, hingga akhirnya musim bermain layang-layang berakhir.

Tidak ada komentar: