Deny M Yunus
Banjarmasin
Dengan cekatan, tangan kanan seorang bocah laki-laki menarik dan mengulur helai benang, yang di satu sisi ujungnya, terikat dengan layang-layang yang coba diterbangkannya.
Sesekali Nugi, begitu si bocah laki-laki berusia 10 tahun itu akrab di sapa teman-temannya, menarik kencang benang yang di apit jari telunjuk dan jempolnya. Lalu diulurnya, mengikuti gerak angin yang membawa layang-layangnya terbang tinggi.
Bagi Nugi dan teman-temannya, betegangan atau mengadu layang-layang bagian paling seru. Walau tak jarang mereka harus kehilangan layang-layang mereka, karena putus akibat kalah adu kuat benang dengan yang lain.
Menurut Niki, penjual mainan di Pasar A Yani, Jl Veteran, Banjarmasin Timur, sudah tiga hari terakhir ini dia berjualan layang-layang. Mulai dari harga Rp500, Rp1.000 hingga Rp2.000.
Berbeda dengan belasan tahun silam, biasanya mereka yang ingin memainkan permainan ini, membuat sendiri layang-layang mereka. Begitu pula dengan benangnya, kalau ingin mengadu layang-layang mereka.
Setelah direndam, benang kemudian dijemur hingga kering dan merata. Dengan benang gelasan ini dapat memotong benang lawan. Bahayanya, benang gelasan bisa mengakibatkan luka. Selain itu, bila tersangkut pada kabel listrik, bisa mengakibatkan putusnya kabel listrik dan pemegangnya terkena sengatan.
Musim bermain layang-layang, kata Niki, biasanya saat memasuki musim kemarau. Tapi karena sekarang cuaca tidak menentu, bermain layang-layang tak lagi berpatokan musiman cuaca. ”Kalau ada yang mulai, ya nantinya pasti bakal ramai. Memang lebih banyak, ketika hujan sudah mulai jarang turun, seperti sekarang,” kata Niki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar