Sabtu, 29 Agustus 2009

Kejahatan di Sebuah Asrama

Oleh : Deny M Yunus

Bangunan berlantai dua di Jalan Mistar Cokro Aminoto, Sungai Besar, Banjarbaru itu, sepi sejak ditinggal pergi para penghuninya. Pintu ruangan-ruangan di lantai satu bangunan itu pun terkunci rapat, begitu pula jendela kaca di bagian atas bangunan asrama tersebut.

Ketika URBANA bertandang ke Asrama Akademi Analis Kesehatan Departeman Kesehatan (Depkes) Banjarmasin, di kawasan Kampus Politeknik Kesehatan (Politekes) Banjarmasin itu, Rabu (26/8), yang ada hanyalah seorang petugas satuan keamanan (satpam), Madan.

Menurut Madan, penghuni asrama itu saat ini sedang pulang ke rumah mereka masing-masing. Karena saat ini sudah memasuki masa liburan, tidak ada perkuliahan. Keheningan itu juga nampak pada bangunan serupa disebelah, Asrama Akademi Keperawatan.

Para penghuni yang biasa menempati delapan kamar di asrama itu, pulang ke rumah masing-masing usai pelaksanaan yudisium para alumni kampus tersebut. Bersamaan dengan kepergian mereka, keheningan menyelimuti asrama yang sempat digegerkan aksi kejahatan, pencurian dengan kekerasan, yang membuat satu mahasiswa kampus itu, kini terbaring koma di Rumah Sakit (RS) Suaka Insan, Banjarmasin.

Diduga, Lira Rosita (21), yang menjadi korban dalam peristiwa ini, dianiaya pelaku yang dipergokinya sedang beraksi di asrama itu. Akibat penganiayaan pada Kamis (20/8), bersamaan yudisium yang juga diikutinya, Lira mengalami luka dibagian kepada dan tak sadarkan diri.

Ditengarai, luka dikepala Lira yang mengakibatkan ia tidak sadarkan diri, karena kepalanya dibenturkan oleh pelaku ke bagian dinding asrama itu. Lira yang tersungkur bersimbah darah, ditemukan teman-temannya sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan pelaku kabur tanpa meninggalkan jejak.

Mendapati temannya tersungkur bersimbah darah, rekan-rekannya kemudian melarikan korban ke rumah sakit di Banjarbaru. Namun kondisinya yang tak kunjung membaik, Lira selanjutnya dirujuk ke RS Suaka Insan, Banjarmasin. Lira yang juga tak kunjung sadarkan diri, kini menjalan perawatan di ICCU rumah sakit itu.

Menurut ibu Lira, Ny Marsiti, anaknya sudah menjalani operasi membuang gumpalan darah dikepalanya. Meski belum juga sadarkan diri, namun setelah beberapa hari menjalani perawatan, Lira sudah bisa merespon ucapan orang disekelilingnya. Seperti ketika diminta menggerakan kakinya.

“Kondisinya ada sedikit perkembangan, meski belum sadarkan diri,” kata Ny Marsiti kepada URBANA, Rabu (26/8).
Soal kasus yang menimpa adiknya, Ny Marsiti, mengaku belum mengetahui pasti. Bahkan, ia belum ada merencanakan mengenai perkembangan penyeledikan kasus ini kepada polisi. “Kami untuk saat ini cuma sama kesehatan dia (Lira). Soal kasusnya kami tidak tahu perkembangannya,” ujar Ny Marsiti.

***

Menurut Madan, satpam di kampus dan asrama itu, tindak kejahatan ini yang pertama kalinya terjadi di tempat itu. Selama ia bekerja di tempat itu sebagai satpam, sebelumnya tak pernah terjadi tindak pidana kejahatan di tempat itu.

Di hari sebelum kejadian, Madan melaksanakan tugasnya seperti biasa, mengontrol sekeliling kampus, sejak pukul 07.00-10.00 WITA. Saat itu, ia juga sempat melintas di depan asrama. Olehnya, beberapa mahasiswa terlihat berkumpul di depan asrama, termasuk korban yang hari itu juga ikut diyudisium. Acara yudisium berlangsung sekitar sekitar dua jam, mulai pukul 10.00-12.00 WITA.

Diketahui Madan, setelah yudisium selesai dan memasuki sesi foto bersama, Lra menuju asrama. Diperkirakan, Lira bermaksud mengambil kado sebagai kenang-kenangan yang diberikan kepada dosen. Diduga saat itulah, korban bertemu dengan pelaku yang kemudian menganiayanya.

Tak lama berselang Lira menuju asrama, kata Madan, seorang temannya, Fifi, menyusul. Saat itulah Fifi mendapati Lira tersungkur bersimbah darah. Sejak itu, ia lantas berteriak meminta pertolongan. Lira didapati terlentang dengan kepala penuh darah di lorong kamar asrama. Saat ditemukan, darah yang mengalir sudah sedikit mengering.

”Mendengar teriakan itu, saya lari ke asrama. Lira terus dibawa ke rumah sakit. Saya dan Pak Giman, pegawai Poltekes, melapor ke Polsekta Banjarbaru,” kata Madan.

Menurut Madan, Lira bukan penghuni asrama. Selama kuliah di kampus itu, Lira bermukim di rumahnya sendiri, di Jalan Berlian III, Banjarbaru. Sedangkan orangtuanya di Kalimantan Tengah (Kalteng). Di rumah itu, Lira bersama seorang adiknya.
Hanya saja, Lira sering ke asrama itu berkumpul bersama teman-temannya. Begitu pula di hari kejadian.

Saat kejadian, kata Madan, semua pintu kamar memang tidak ada yang terkunci. Dari delapan, ada tiga kamar yang diobrak abrik pelaku. Selain telepon seluler, sejumlah uang milik anak asrama hilang. Beberapapenghuni, juga mengaku kehilangan pakaian mereka.

Kapolsekta Banjarbaru, AKP Heri Kananda, mengatakan, hingga kini sudah empat saksi yang dimintai keterangan oleh pihaknya. Mereka, Fifi, orang yang pertama kali menemukan korban sudah tersungkur. Kemudian, Fitrina teman kuliah korban. Lainnya, Irda Ariana teman dan pemilik kamar tempat korban menitipkan barang,
Selanjutnya Giman, pegawai kampus itu.

Namun dari keempat saksi itu, kata Heri, pihaknya belum menemukan keterangan ke arah pelaku. Dari hasil pemeriksaan sementara, diperkirakan hanya Lira yang mengetahui identitas pelaku pencurian dan penganiayaan yang dialaminya. “Dari saksi yang sudah dimintai keterangan, kami tidak menemukan gambaran ciri-ciri pelaku,” ujar Heri.

Selain minimnya ciri-ciri pelaku dari keterangan saksi mata yang sudah diperiksa, untuk mengungkap kasus ini, kesulitan polisi mengungkap kasus ini juga dikarenakannya tidak ada barang bukti yang ditinggalkan pelaku. “Satu-satunya barang bukti, hanya kerudung korban yang sudah berlumuran darah” ujar heri.

Menurut Heri, dari pemeriksaan sementara, ada dugaan korban dianiaya dengan cara kepalanya dipukul dengan benda keras. Namun benda yang diduga digunakan pelaku itupun tak juga ditemukan di lokasi kejadian. Kemungkinan benda yang digunakan untuk memukul itu, dibawa kabur pelaku. (RUDYANTO DAN RUDY WAHYUDIN)

Tidak ada komentar: