Sabtu, 29 Agustus 2009

Nisa dan Tokonya yang Dijarah

Oleh : Deny M Yunus
Rumah berlantai dua dengan dinding sekelilingnya dilapisi cat warna putih itu tak lagi berpenghuni. Tiga pintu toko, dua di depan dan satu di samping rumah di Jalan Sungai Miai Luar No 7 RT 5, Kelurahan Sungai Miai, Banjarmasin Utara itu juga tertutup rapat. Begitu pula dengan pintu rumah itu.
Menurut Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Rosmilawati, sudah sekitar dua pekan rumah itu dibiarkan kosong. Sejak seorang penghuni sekaligus salah satu pemilik rumah, Fahrunisa alias Nisa (36) ditangkap polisi dan mendekam di sel tahanan Mapolda Kalsel. Sedangkan suami Nisa, Haris tidak diketahui keberadaannya. Begitu pula dua anak mereka.
Nisa mendekam di sel tahanan dan kini berstatus tersangka dengan tuduhan penipuan dan penggelapan. Modusnya, menawarkan investasi usaha pengadaan beras yang belakangan diketahui fiktif. Sedikitnya, ada tujuh korban yang mengaku menjadi korban dan melapor ke polisi. Belakangan, jumlah korban bertambah banyak, mencapai puluhan orang dengan pengakuan kerugian mencapai ratusan milyar rupiah.
Nisa sempat kabur dan diburu polisi, setelah tak lagi mampu membayar fee yang dijanjikannya. Tapi kemudian ditangkap di rumah orangtua angkatnya di Desa Hantakan Pasar, Hulu Sungai Tengah (HST), pada Sabtu (25/7) dinihari. Penangkapan itu dilakukan polisi, sehari setelah para korban melapor.
Menurut Rosmilawati, sehari sebelum Nisa ditangkap, banyak orang yang mengaku korban berdatangan ke rumah Nisa. Bahkan dari laporan warga kepada Rosmilawati, orang-orang itu tak hanya mencari Nisa, tapi sebagian mengambil barang dagangan di toko milik Nisa. “Waktu itu saya ke luar kota, jadi tidak melihat langsung. Menurut tetangga, bahkan ada yang dengan mobil mengambil barang-barang di rumah Nisa,” kata Rosmilawati, kepada URBANA, Kamis (6/8).
Sejak lama, selain bekerja di bank, Nisa juga membuka usaha di rumahnya. Ia punya tiga toko. Satu di sebelah kanan depan rumahnya, merupakan toko yang menjual pakaian anak-anak muda. Kemudian ditengah, berisi mainan anak-anak, termasuk sepeda. Sedangkan di samping rumah, sebuah toko yang menjual keperluan sehari-hari dan sembilan bahan pokok.
Sedangkan lantai satu rumah itu, dijadikan butik memajang busana anak-anak dan perempuan dewasa. Lengkap dengan tas dan segala pernak-pernik lainnya. Semuanya merek terkenal dengan harga yang tidak murah, mencapai ratusan ribu rupiah per item. “Kalau saya sering belanja di pencarakenan saja, karena harganya memang murah dibanding toko lain. Tapi kalau di butiknya, seingat saya tidak pernah karena barang mahal sesuai mereknya,” kata Rosmilawati.

Saat aksi jarah itu terjadi, warga di sekitar rumah Nisa memilih tidak ikut campur. Mereka hanya menyaksikan. Apalagi, keluarga Nisa juga memilih diam. Begitu pula dengan para pekerja di toko Nisa, yang memilih pergi karena takut. Ditengarai, setelah barang-barang di rumah dan sekaligus took milik Nisa itu ludes, tak ada lagi yang datang ke rumah itu. Bahkan kini tak jelas siapa yang memegang kunci rumah dan toko-toko itu.
Beberapa dari orang-orang yang mengaku menjadi korban perbuatan Nisa, juga sempat datang ke rumah Rosmilawati. Mereka minta Rosmilawati menunjukkan keberadaan suami, keluarga dan aset Nisa. Kepada Rosmilawati, mereka ada yang mengaku berinvestasi hingga milyaran rupiah. Ada pula yang mengaku hartanya ludes karena akibat kasus ini. Tapi karena Rosmilawati tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, para korban Nisa akhirnya pulang dengan tangan hampa.
Selain itu, Rosmilawati juga pernah didatangi orang Bank Bukopin Banjarmasin, tempat kerja Nisa selama ini, yang mengantarkan surat. Mereka mengaku tidak tahu harus mengantar surat itu. Awalnya, Rosmilawati menolak menerimakan. Tapi akhirnay ia mau mnerimakn surat itu, asalkan diberitahu perihal isi surat itu. Seingat Rosmilawati, isinya surat peringatan dengan tiga point. Satu, Nisa dianggap telah mencemarkan nama baik bank tersebut. Kedua, Nisa dianggap melanggar aturan karena tidak masuk kerja. “Yang ketiga saya tidak ingat, apa poin surat itu,” ujar Rosmilawati.
Menurut Rosmilawati, pekerjaan yang diakui Nisa kepada polisi dilakukannya sudah tiga tahun ini, tidak diketahui sama sekali oleh warga di sekitar tempat tinggal mereka. Bahkan keluarga Nisa, saudara-saudaranya tidak ada yang mengetahui. Setahu Rosmilawati, tidak ada warganya yang mengaku menjadi korban. Itu juga disimpulkannya dari tidak adanya warganya yang ikut mencari-cari Nisa, saat kabur dari rumahnya.
Rosmilawati mengenal Nisa sejak kanak-kanak, karena orangtua mereka sama-sama bermukim di kawasan itu sudah sejak lama. Tapi usia mereka bertaut jauh, Nisa lebih muda sekitar 10 tahun dari Rosmilawati. Selama ini, Rosmilawati mengenal Nisa sebagai sosok perempuan yang dermawan. Ia tak segan menyumbangkan uang di setiap kegiatan di lingkungan mereka.
Terlebih sejak tiga tahun terakhir, bersamaan dengan usaha Nisa yang ramai dikunjungi pelanggannya. Misalnya, Nisa tak segan mengeluarkan banyak uang menyumbang ke langgar dekat tinggal mereka, untuk acara berbuka puasa di kala bulan Ramadhan. Selain itu, sejak tiga tahun terakhir, kala menjelang bulan puasa, Nisa selalu membagikan paket berisi sembako untuk para janda dan keluarga tidak mampu di kawasan tempat tinggalnya. Tak hanya itu, saat perayaan 17 Agustus, Nisa selalu menyumbang banyak hadiah untuk dibagikan diperlombaan yang digelar.
Bahkan, seorang penarik becak pernah mengaku kepada Rosmilawati, bahwa Nisa itu orangnya baik. Penarik beca itu mengaku senang kalau Nisa menumpang becaknya, karena sering membayar lebih dari penumpang lainnya. Misalnya, kalau Nisa naik becaknya dari Pasar Lama ke rumah, ia membayar minimal Rp10.000, tak jarang hingga Rp25.000. Padahal, jarak rumah Nisa dengan Pasar Lama tak begitu jauh, sekitar satu kilometer.
Makanya, Rosmiliawati mengaku kaget dengan kasus yang menjerat Nisa saat ini. Begitu pula dengan tetangga lainnya. Bahkan, saudara-saudara Nisa, kepada Rosmilawati juga mengaku kaget dengan kasus ini. Mereka semua tidak menyangka, bahkan tidak pernh sedikit pun terbesit di benak mereka, mengingat kebaikan Nisa selama ini.
Sikap dermawan Nisa tak pernah mereka curigai, apalagi usaha perempuan ini maju pesat. Hampir setiap hari pelanggan memenuhi toko-tokonya. Selain itu, Nisa juga punya toko di beberapa tempat lainnya. “Setahu saya karyawannya ada 20 orang. Beberapa memang warga di sini. Tiga karyawannya menginap di rumahnya. Tapi beberapa lainnya disewakan rumah,” kata Rosmilawati.
Selain usaha dagangnya berkembang, kata Rosmilawati, sejak tiga tahun terakhir memang ada perubahan gaya hidup Nisa. Misalnya, empat mobil yang dimiliknya. Lalu, hampir setiap akhir pekan, Nisa berlibur ke luar kota, seperti ke Jakarta. “Mereka biasa berangkat Sabtu dan Senin sudah pulang. Katanya, mobilnya diparkir menginap di bandara, jadi tidak perlu diantar jemput,” ujar Rosmilawati.
Menurut Rosmilawati, meski kini Nisa dalam keadaan berbeda, tak ada cibiran dari para tetangga. Mereka tetap mengenal Nisa sebagai sosok yang dermawan. Meski, perayaan 17 Agustus-an tahun ini, yang hanya menyisakan hitungan hari, bakal tak lagi disemarakkan hadiah-hadiah dari Nisa. Begitu pula acara bagi-bagi sembako bagi para janda dan keluarga tidak mampu dilingkungan itu, menjelang bulan Ramadhan yang hampir tiba, bakal berlalu bersama jerat hukum yang mengancam Nisa mendekam di penjara. (RUDY WAHYUDIN)

Tidak ada komentar: